Selasa, 28 September 2010

Mi Mancherai

Lagu ini dinyanyikan oleh Josh Groban, salah satu penyanyi favorit saya. Dibalut dengan permainan biola yang kereen, lagu ini pas banget buat yang lagi dilanda demam malarindu tropikangen. Berikut saya comotkan syair plus terjemahannya.

Mi mancherai se te ne vai
Mi mancherà la tua serenità
Le tue parole come canzoni al vento
E l'amore che ora porti via

Mi mancherai se te ne vai
Ora per sempre non so come vivere
E l'allegria, amica mia, va via con te
Mi mancherai, mi mancherai, perchè vai via
Perchè l'amore in te si è spento
Perchè, perchè...
Non cambierà niente lo so
E dentro sento te

Mi mancherai, mi mancherai, perchè vai via
Perchè l'amore in te si è spento
Perchè, perchè...
Non cambierà niente lo so
E dentro sento te

Mi mancherà l'immensità
Dei nostri giorni e notti insieme noi
I tuoi sorrisi quando si fa buio
La tua ingenuità da bambina, tu...

Mi mancherai amore mio
Mi guardo e trovo un vuoto dentro me
E l'allegria, amica mia, va via con te

English Translation

I’ll miss you, if you go away
I’ll miss your serenity
Your words like songs in the wind
And Love, that you take away.

I’ll miss you, if you go away
Now and forever I don’know how to live
And joy, my friend, goes away with you

I’ll miss you, I’ll miss you, because you go away
Because the love in you is dead
Because, because...
Nothing it’s gonna change, I know
And inside of me I feel you

I’ll miss you, I’ll miss you, because you go away
Because the love in you is dead
Because, because...
Nothing it’s gonna change, I know
And inside of me I feel you

I’ll miss the immensity
Of our days and nights, us together
Your smiles when it’s getting dark
Your being naive like a little girl

I’ll miss you, my love
I look at myself and I find emptiness inside of me
And joy, my friend, goes away with you

Janet Hsieh, si Taiwan yang Mempesona

Kalo anda penggemar channel TLC a.k.a Travel and Living Channel, pasti pernah nonton si cantik presenter Fun Taiwan ini. Namanya Janet Hsieh. Dari semua host di TLC, cewek ini yang paling saya suka! Dengan gayanya yang down to earth, nyantai, apa adanya, lugas, dan lucu, kita jadi serasa bener-bener jalan dengan sang host. Di acara yang dibawakannya, Janet selalu pergi ke tempat-tempat eksotis, bertualang, mencoba kultur di daerah setempat, dan pastinya makan-makan. What a lovely job!! Enaknya.. Nggak pernah stress kali ye.. *ngarep punya kerjaan yang seperti ini*

Janet Hsieh lahir tanggal 20 Januari 1980. Cewek ini adalah seorang ABT (American Born Taiwanese), lahir dan besar di Houston, Texas. Ayahnya berasal dari Kao Hsiung dan ibunya orang Taipei. Janet punya double degree Biologi dan Bahasa Spanyol dari Massachusetts Institute Technology. Selain itu, dia juga pernah belajar singkat di Universidad de Buenos Aires, Argentina, UCLA dan UCSB di California. Sampai saat ini Janet sudah berkeliling ke 35 negara, dan pernah tinggal di 6 negara. *ngiriiiii* Janet juga menguasai bahasa Inggris, Mandarin, Taiwan, Spanyol, dan Prancis. Ckckckck..


Selain hobi jalan-jalan dan pinter cuap-cuap, ternyata Janet juga pinter main biola. Salah satu keinginannya adalah membuat album. Dan karena wajahnya yang cantik Janet juga sering dipotret sebagai model, plus menjadi bintang iklan, salah satunya China Airlines. Di blognya, Janet pernah menulis quotes favoritnya tentang travelling. Mau tau? baca disini. Kalo pengen mengenal lebih dekat cewek ini, silakan disimak official sitenya. Oya tahun ini Janet juga meluncurkan buku pertamanya berjudul Travelling with 100 Toothbrushes. Seandainya bisa jalan-jalan sama dia, aaahh.. Senangnya..

Sumber : wikipedia.

Satu Hari Lagi

Besok saya akan kembali ke Surabaya. Itu artinya hanya satu malam lagi yang perlu saya lewati di tempat yang jauh dari orang-orang yang saya kasihi. Perjalanan dinas selama 10 hari, akan segera berakhir. Senang tentu membayangkan akan segera pulang. Tetapi itu tidak berarti pekerjaan selesai sampai disini. Pekerjaan-pekerjaan yang lain telah menanti. Bahkan saya pun harus membawa pulang PR yang harus terus dipikirkan, dicari solusinya, agar ketika PR itu dikumpulkan, saya mendapat nilai yang baik.

Mungkin itulah cara hidup mengajarkan saya untuk terus belajar. Tidak ada yang cukup baik, tetapi selalu akan ada yang lebih baik -salah satu quote di tempat kerja saya- yang dapat saya artikan, teruslah mencari yang lebih baik dari yang dilakukan selama ini. Dan dengan pekerjaan-pekerjaan yang terus menerus diberikan, bahkan kadang terkesan memaksa, satu belum selesai harus segera menyelesaikan yang lain, itu ternyata memaksa saya untuk berpikir terus, dan terus. Yang akibatnya perlahan-lahan membukakan mata saya tentang hidup dan kehidupan.

Dan disini, di samping jendela yang menggambarkan mendung diluar, menyempatkan diri untuk mengupdate blog sambil menunggu waktu untuk kembali bekerja, mau tidak mau saya mengakui, saya bertumbuh, secara pribadi. Semoga saya masih bisa terus bertumbuh dewasa dalam raga yang pasti akan makin menua.

Senin, 27 September 2010

Kacang Ayam

Ada yang pernah tau Kacang Ayam? Camilan ini adalah oleh-oleh khas dari Makassar. Saya nggak pernah menjumpai di tempat lain. Heran juga kenapa ya nggak dijual di tempat lain selain Makassar, padahal dengan rasanya yang gurih dan enak, harusnya banyak peminat, yang akan berdampak pada keuntungan signifikan. *halah, kayak aku aja yang punya yah*

Eniwei, Kacang Ayam jangan dibayangkan kacang yang berasa ayam. Ternyata ini hanya nama brand. Maksudnya mungkin kacang cap ayam gitu kali yaa.. Camilan ini mirip kacang shanghai. Ini istilah saya sejak kecil untuk menyebut kacang yang dibalut dengan tepung warna putih. Kacang Ayam ini ternyata juga dibuat beraneka rasa dan bentuk. Selain yang berbentuk shanghai, ada juga yang mirip kacang disco dari Bali. Itu tuh, semacam kacang telor tapi beraneka rasa. Ada yang barbekyu, sampe balado. Lucu, unik, dan gurih rasanya.

Harganya bervariasi, mulai dari Rp. 7.500,00 untuk yang ukuran sekali makan, nggak tau berapa gram isinya, sampe yang satu kilogram, seharga Rp. 20.500,00. Meski sepertinya mahal, tapi cukup murah menurut saya untuk oleh-oleh teman sekantor yang berjumlah 12 orang. Lumayan ngirit kan.. *irit apa pelit yah?* Hehehe.. Terlepas dari itu, camilan ini emang khas banget merknya, meski rasanya nggak jauh beda sama kacang shanghai biasa, dan patut dicoba deh kalo berkunjung ke Makassar.

Award Pertama

Waah, senangnya dapet award pertama. Langsung tiga biji pula. Award ini saya dapat dari Gaphe, seorang temen sekantor yang hobi banget berkencan dengan blog dan internet. Hahahha.. Piss pak!! Langsung aja saya pajang yah awardnya. Ini dia..




Terima kasih, hiks.. Kalau tidak karena kalian semua, hiks.. Saya tidak akan bisa seperti ini, hiks.. Dapet tiga award sekaligus, hiks.. Hiks.. Halah lebay.. 

Tangisan di Tengah Gurun

Judul diatas terdengar seperti judul sebuah novel fiksi. Tapi buku yang sedang saya baca ini, yang juga berjudul sama, bukanlah sebuah novel fiksi. Ini adalah sebuah kisah nyata. Buku ini menceritakan tentang Ciudad Juárez, kota di negara bagian Chihuahua, Meksiko, tepatnya di selatan perbatasan Meksiko dengan Amerika Serikat. Kota ini menjadi terkenal karena selama lebih dari 12 tahun karena tak kurang 400 tubuh perempuan tidak bernyawa telah ditemukan, sementara ratusan lainnya dinyatakan hilang.

Di awal bab diceritakan tentang seorang gadis muda bernama Silvia Elena Rivera Morales, 17 tahun, putri dari Ramona Morales. Karena kehidupan yang keras di Juárez, selain bersekolah, Silvia harus membantu mencari nafkah dengan bekerja di sebuah toko sepatu di kawasan Avenida 16 de Septiembre. Pekerjaan ini lebih baik dibanding sebagian besar gadis Juárez lain yang harus bekerja di maquiladora (pabrik perakitan di Meksiko, dikelola oleh perusahaan asal Amerika dan negara maju lainnya. Bahan baku dikirimkan ke Meksiko, dirakit, lalu produk jadi dikirimkan ke negara asal untuk dijual disana).

Hari itu, 11 Juli 1995, seperti biasa di pagi hari, Silvia diantar ke sekolah oleh Domingo, kakak laki-laki tertua Silvia. Seharusnya hari itu adalah hari yang cepat untuk Silvia, karena hanya ada satu ujian di sekolah, sehingga Silvia dapat meninggalkan rumah di pukul tujuh. Normalnya, Silvia harus berangkat pukul empat pagi untuk sampai di sekolah sebelum pukul enam, kemudian dilanjutkan bekerja di toko sepatu pada pukul satu siang, hingga toko tutup. Tetapi hari itu Domingo mendapati ada yang berbeda dari Silvia. Tak biasanya Silvia begitu diam sepanjang perjalanan.

Hari menjelang malam ketika Ramona, ibu Silvia, keluar dan merasa cemas karena Silvia belum juga sampai di rumah. Saat itu pukul 20.45, sedangkan jam kerja Silvia berakhir pukul delapan malam. Silvia memang mengabarkan bahwa dia akan tiba di rumah setelah pukul sembilan malam. Tetapi Ramona tetap saja khawatir, mengingat akhir-akhir ini banyak aksi pembunuhan terhadap gadis-gadis muda yang semuanya cantik, mungil, dengan rambut hitam tergerai, dan bibir penuh. Seperti Silvia. Sebagian besar korban menghilang dalam perjalanan pulang atau pergi bekerja, bahkan di waktu siang. Tubuh tak bernyawa mereka ditemukan beberapa minggu kemudian, bahkan ada yang beberapa bulan kemudian, di area semak belukar yang melingkari maquiladora. Tubuh para korban menunjukkan tanda-tanda pemerkosaan, mutilasi, dan siksaan. Beberapa dijerat dengan tali sepatunya sendiri. Yang lain jasadnya dirusak secara kejam, yang berdasarkan autopsi dinyatakan kematiannya akibat hantaman berulang-ulang sebelum akhirnya dibunuh. Hal itu cukup untuk membuat Ramona semakin cemas.

Ketika hingga pukul 22.30 Silvia belum pulang juga, Ramona menjadi sangat panik. Dengan tetap berharap putri tercintanya pulang, Ramona tetap menunggu di perhentian bus. Ketika pukul satu dini hari, bus terakhir untuk malam itu tiba, dan Silvia tidak ada di dalamnya, Ramona pun lemas. Ramona langsung meminta bantuan teman-temannya, yang kemudian menghantarkannya ke kantor polisi. Tetapi seperti biasa, para polisi itu acuh tak acuh dengan laporan Ramona, karena saking begitu banyaknya laporan gadis hilang, dan mereka mengganggap itu hal biasa. Mungkin gadis-gadis itu lari bersama kekasihnya, begitu selalu ucap mereka.

Dua bulan kemudian, tubuh Silvia Morales ditemukan dengan kondisi mengenaskan. Mengetahui hal itu, Ramona tidak percaya bahwa itu putrinya. Ramona tetap berharap putri tercintanya masih hidup. Mungkin ada kesalahan identifikasi, mungkin itu orang lain, bukan putrinya. Dengan kesedihan yang amat sangat, ibu paruh baya inipun meninggalkan kantor polisi dengan hati yang hancur. Delapan hari setelah itu, ditemukan mayat lain, Olga Alicia Perez, dengan kondisi sama seperti Silvia. Hingga musim dingin 1995, sembilas belas perempuan muda telah dibunuh, sehingga selama tiga tahun, totalnya mencapai 45 korban.

Juárez telah menjadi tempat yang sempurna untuk seorang pembunuh atau mungkin gerombolan pembunuh. Korban yang berlimpah, miskin, mudah percaya mungkin itu faktor penyebabnya, ditambah dengan lemahnya hukum, sehingga kejahatan ini sepertinya berlalu tanpa hukuman. Pertanyaannya, siapa yang telah membunuh perempuan-perempuan muda ini? Mengapa? Penasaran? Baca deh buku ini. Lumayan untuk nambah pengetahuan, plus merasakan sensasi membaca novel thriller. Selamat membaca!

Minggu, 26 September 2010

Barongko yang Manis Legit

Ketika sarapan di hotel pagi tadi, saya berkesempatan mencoba kudapan penutup khas Sulaswesi Selatan, Barongko. Mulanya saya tidak tahu bahwa namanya Barongko. Saya pikir itu ketan hitam, yang dibungkus dengan daun pisang. Iseng pengen mencoba, saya memutuskan mengambil satu.

Ternyata Barongko adalah makanan berbahan dasar pisang. Rasanya manis, dengan sedikit asam seperti yogurt, dan lembut sekali. Cocok banget untuk pencuci mulut setelah sarapan. Hehehe.. Menurut teman saya, Barongko adalah kudapan favorit. Dan sepertinya memang iya. Meski Barongko yang saya ambil tadi adalah yang terakhir, masih banyak tamu yang bertanya "Barongkonya masih adakah?". Wah saya jadi merasa beruntung, berkesempatan memakan Barongko terakhir tadi.

Bagi yang penasaran seperti apa bentuk dan rasa Barongko, berikut saya comotkan resep Barongko hasil Googlingan. Kalo mau nyoba, nggak dijamin berhasil yah! Hehehe..
Bahan :
200 gr tepung ketan
25 gr tepung kanji
100 ml air mendidih
1 sdt garam
1,5 sdt vanili
850 ml santan hangat, dari 1,5 butir kelapa
10 biji pisang raja matang, bisa diganti pisang tanduk atau kepok
350 ml santan kental dari 1,5 butir kelapa, beri 0,5 sdt garam
daun pisang untuk membungkus
Cara Membuat :
1. Campur tepung beras dan tepung kanji, lalu tuangi air mendidih sambil diaduk-aduk.
2. Masukkan gula, garam, vanili, tuangi santan hangat, aduk sampai rata.
3. Masak diatas api hingga setengah matang, angkat, sisihkan.
4. Kupas pisang, belah dua memanjang, lalu iris setebal 0,5 cm. Masukkan kedalam adonan tepung beras, aduk hingga merata.
5. Ambil selembar daun pisang, taruh 2-3 sdm adonan, lalu tambahkan 2-3 sdm santan kental, bungkus, sematkan dengan lidi.
6. Kukus selama 30-40 menit hingga matang.

Thats it! Resep diatas belum dicoba di dapur saya, mengingat saya nggak pernah masak. Kalo anda mencoba dan jadi, sukur, kalo nggak jadi beli aja deh Barongkonya. Hehehe..

Selamat membayangkan Barongko!

Jumat, 24 September 2010

Menghitung Hari

Waktu tak pernah terasa begitu pelan.
Di saat seperti ini.

Setiap hembusan angin, nyanyian daun,
mengingatkan.

Pada sejuknya senyum.

Setiap deru kendaraan, asapnya,
mengingatkan.

Pada tenangnya tatapan.

Setiap keramaian, perbincangan,
mengingatkan.

Pada cerianya canda.

Aku ingin cepat kembali.
Aku tak ingin hanya mengingat.
Aku ingin merasakan.

Jauh

Bermil-mil dari sini,
ada yang duduk menunggu.
Di tengah nyanyian hujan pagi,
di simfoni malam sepi.

Jauh memang, tapi selalu dekat bagiku.
Mengapa?
Karena selalu ada dalam hati terdalamku.

Aku tak pandai merangkai kata.
Tapi aku punya rasa.

Dan itu milikmu.

Kamis, 23 September 2010

Keponakanku yang Cantik

Dengan arti "yang terkasih, yang tersayang" dalam bahasa Perancis-Jerman, demikian keponakan saya dinamai. Lahir dengan berat 3,1 kg dan panjang 46 cm, si kecil ini sangat menggemaskan. Terutama pipinya yang tembem yang selalu bikin kangen.

Sekarang si kecil sudah berusia hampir dua bulan. Sudah bisa ngoceh dengan bahasa planet, tersenyum dan ketawa ketika digoda, nangis kenceng baget pas minta minum ato laper, wah pokoknya ngangeni. Satu bayi di rumah aja bisa bikin heboh orang serumah. Kalo lagi mandi, semua orang di rumah ngeliatin. Apalagi kalo pas memperhatikan sesuatu, atau mulai ngoceh. Wah, jadi tontonan gratis penghilang stres, dijamin!!

Koleksi foto paling banyak di hape penghuni rumah alhasil adalah foto si kecil dalam berbagai pose. Mulai yang centil, nangis, menguap, sampe bugil, komplit. Hahaha.. Nggak kebayang deh kalo foto ini dilihat sama yang bersangkutan ketika nanti sudah beranjak dewasa. Tak terasa waktu cepat berlalu. Hmm..

Hari Gado-Gado

Pagi tadi ketika sarapan, saya memberanikan diri mencoba menu gado-gado. Saya menyebutnya memberanikan diri karena saya yakin gado-gado yang disajikan oleh hotel tempat saya menginap di Makassar ini pasti jauh berbeda dari gado-gado yang biasa saya makan di Surabaya. Tapi karena pilihan makanan lain sudah mulai membosankan, saya pikir sekali-sekali makan gado-gado di Makassar is not a big problem.

Di hotel ini corner gado-gado terletak di sudut tersendiri, yang mengharuskan tamu memesan dulu, kemudian pelayan akan menyiapkan, dan mengantarkan ke meja. Jadi bukan termasuk menu prasmanan. Akhirnya setelah menunggu beberapa menit, diantarlah gado-gado itu ke hadapan saya. Setelah icip-icip saya menyimpulkan bahwa saya sedang makan pecel, bukan gado-gado. Hahaha.. Karena rasa bumbunya, dan komposisi sayurnya pecel banget. Dengan warna bumbu agak gelap, dipadu sayur kangkung rebus, kubis rebus, taoge, dll (saya lupa apa aja isinya), gado-gado ini disajikan dengan tempe tahu bacem, plus telor rebus, dan ayam goreng, lengkap dengan nasi. Menurut saya ini agak aneh, karena lazimnya gado-gado dimakan dengan lontong. Nasinya keras pula. Hiyaaa.. Alhasil saya hanya menyantap sayurnya saja.

Hari terus berputar dan tibalah saat makan malam. Bingung karena di Makassar saya sulit menemukan sayur, akhirnya pilihan jatuh di tempat makan dekat hotel yang menyatu dengan gerai KFC dan Supermarket Gelael. Di salah satu stan, ternyata ada yang menjual gado-gado, rujak, dan pecel. Wah, ya sudah, pilihan jatuh pada gado-gado (lagi). Tapi kali ini lebih yummy daripada yang saya makan tadi pagi. Akhirnya setelah beberapa hari di Makassar, saya bisa makan sayur dengan yummy. Cuma saya heran satu hal. Mengapa harga makanan dengan daging (apapun itu) harganya lebih murah daripada makanan dengan lauk sayuran. Benar-benar mengherankan bagi saya. *still thinking*

Hari Keempat, Pengen Cepet Pulang

Memasuki hari keempat di Makassar, kerjaan sepertinya tidak berhenti. Yah, namanya masih hidup ya harus kerja terus. Begitu kata teman saya. Betul juga, tapi sebenarnya esensi pekerjaan itu kan apakah kita menikmatinya. Meskipun kerja 24 jam tapi kalo kita menikmati, nggak akan terasa sebagai pekerjaan yang membebani.

Masih ada enam hari kedepan di Kota Daeng ini. Hanya berusaha melakukan yang terbaik di tengah sempitnya waktu. Mendukung, dan membantu kelas sebisa mungkin, meski saya tahu tidak akan bisa maksimal. Honestly, I love this job. But I dont like the money. Hahahha..