Kamis, 23 September 2010

Hari Gado-Gado

Pagi tadi ketika sarapan, saya memberanikan diri mencoba menu gado-gado. Saya menyebutnya memberanikan diri karena saya yakin gado-gado yang disajikan oleh hotel tempat saya menginap di Makassar ini pasti jauh berbeda dari gado-gado yang biasa saya makan di Surabaya. Tapi karena pilihan makanan lain sudah mulai membosankan, saya pikir sekali-sekali makan gado-gado di Makassar is not a big problem.

Di hotel ini corner gado-gado terletak di sudut tersendiri, yang mengharuskan tamu memesan dulu, kemudian pelayan akan menyiapkan, dan mengantarkan ke meja. Jadi bukan termasuk menu prasmanan. Akhirnya setelah menunggu beberapa menit, diantarlah gado-gado itu ke hadapan saya. Setelah icip-icip saya menyimpulkan bahwa saya sedang makan pecel, bukan gado-gado. Hahaha.. Karena rasa bumbunya, dan komposisi sayurnya pecel banget. Dengan warna bumbu agak gelap, dipadu sayur kangkung rebus, kubis rebus, taoge, dll (saya lupa apa aja isinya), gado-gado ini disajikan dengan tempe tahu bacem, plus telor rebus, dan ayam goreng, lengkap dengan nasi. Menurut saya ini agak aneh, karena lazimnya gado-gado dimakan dengan lontong. Nasinya keras pula. Hiyaaa.. Alhasil saya hanya menyantap sayurnya saja.

Hari terus berputar dan tibalah saat makan malam. Bingung karena di Makassar saya sulit menemukan sayur, akhirnya pilihan jatuh di tempat makan dekat hotel yang menyatu dengan gerai KFC dan Supermarket Gelael. Di salah satu stan, ternyata ada yang menjual gado-gado, rujak, dan pecel. Wah, ya sudah, pilihan jatuh pada gado-gado (lagi). Tapi kali ini lebih yummy daripada yang saya makan tadi pagi. Akhirnya setelah beberapa hari di Makassar, saya bisa makan sayur dengan yummy. Cuma saya heran satu hal. Mengapa harga makanan dengan daging (apapun itu) harganya lebih murah daripada makanan dengan lauk sayuran. Benar-benar mengherankan bagi saya. *still thinking*

0 komentar:

Posting Komentar